Selasa, 21 Agustus 2012

Tatanan Rumah Panjang Dayak Desa


Tatanan Rumah Panjang Dayak Desa

V.1 Analogi dan Transformasi

Rumah Panjang Dayak Desa merupakan transformasi dari sebuah pohon[1]. Di dalam Rumah Panjang Dayak Desa dikenal sebutan Pun Rumah. Pun berarti Pohon. Pun Rumah merupakan kepala atau pemimpin Dalam Rumah Panjang. Pun Rumah menempati bilik paling tengah dari Rumah Panjang. Namun dalam perkembangannya bisa saja bilik pun tidak berada ditengah-tengah Rumah Panjang. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk melakukan penambahan ruang ( bilik ) ke suatu bagian ujung dari Rumah Panjang.


[1] Lihat juga dengan pernyataan kridosasono, ( 1976 ) dalam buku kawruh kalang, disebutkan bahwa orang memasuki sebuah rumah diibaratkan sebagai orang yang berteduh di bawah pohon    karena : ( 1 ) Orang tanpa rumah ibarat pohon tanpa bunga, ( 2 ) Rumah tanpa pendopo ibarat pohon tanpa batang; ( 3 ) Rumah tanpa dapur ibarat pohon tanpa buah;   ( 4 ) Rumah tanpa kandang binatang ibarat pohon tanpa daun; ( 5 ) Rumah tanpa gapura ibarat pohon tanpa akar.



 
Dalam Dayak Desa balok atau bahan bangunan terbuat dari kayu-kayu bulat. Kayu bulat merupakan bahan yang dominan di dalam Rumah Panjang. Penggunaan kayu bulat sangat menguntungkan. Jika ditinjau dari segi arsitekturnya, bahan yang bulat dapat menimbulkan persepsi khusus terhadap keseluruhan ruang. Kayu bulat akan menimbulkan kesan ruang yang ramah, akrab dan bersahabat. Bahan kayu sendiri menimbulkan kesan hangat.

Bagian balok terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pun ( pangkal ) dan bagian ujung     ( bagian atas atau pucuk ). Bagian pun balok harus mengarah ke arah bagian tengah Rumah Panjang atau ke arah Pun Rumah. Dan bagian ujung dari balok harus selalu mengarah ke arah luar atau ujung Rumah Panjang. Apabila ingin menyambung balok harus selalu memperhatikan aturan-aturan tersebut. Setiap pun ( pangkal ) balok harus selalu mengarah ke bagian tengah. 



 
Sambungan antara 2 balok merupakan sambungan antara ujung dan pun                   ( pangkal ). Begitu juga dengan tiang atau bagian balok yang tegak   ( vertikal ). Bagian pun balok harus mengarah ke tanah dan bagian ujung harus selalu mengarah ke atas.

 V.I.1 Potongan Memanjang


 
Dinding Pun Bilik memisahkan bangunan menjadi 2 bagian yang memiliki sifat yang saling bertentangan. Ujung sebelah kiri dinamakan Punggang  Ulu sedangkan ujung sebelah kanan dinamakan Punggang Ilik. Bilik disebelah kiri dinamakan Bilik Nga-pit sedangkan Bilik disebelah kanan dinamakan Bilik Nekop.

Arah bukaan pintu antara sebelah kiri dan kanan saling berlawanan. arah bukaan pintu di dalam Rumah Panjang Dayak Desa dibuka keluar. Daun pintu membentuk suatu perisai yang siap menghadang bahaya yang dating baik dari ujung sebelah kiri maupun ujung sebelah kanan Rumah Panjang. 


 
V.I.2 Potongan Melintang

Pada bagian potongan melintang, Rumah Panjang dibagi menjadi 2 bagian sama panjang, yaitu bagian depan dan bagian belakang rumah. Kedua ruangan tersebut dipisahkan oleh dinding pembatas antara ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar dinamakan Ruai dan ruang dalam dinamakan Bilik.

Dinding pemisah antara Ruai dan Bilik dinamakan Dinding Ukoi  ( Dinau Ukoi ). Berdasarkan aktivitas yang berlangsung di dalam ruang, Ruai berfungsi untuk menampung kegiatan-kegiatan yang bersifat umum atau kegiatan dilakukan secara bersama-sama. Misalnya menerima tamu bersama, tempat bermain bagi anak-anak, dan lain-lain. Sedangkan Bilik berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya lebih pribadi, misalnya makan, tidur, menerima tamu pribadi.

 Berdasarkan sifat ruang maka Ruai dapat digolongkan ke dalam ruang publik, sedangkan Bilik termasuk ke dalam ruang private.
 
Gbr. 5.7 Sumbu Simetris
Sumber : Analisa


 
Gbr. 5.8 Susunan balok
Sumber : Analisa


 
Setiap Bilik memiliki pusatnya tersendiri, yaitu Tiang Pemun. Tiang Pemun dipasang di samping Tiang Bubungan. Tiang Pemun berfungsi sebagai “Penyawa Rumah”. Ketika membangun Rumah Panjang tiang pertama yang ditancapkan adalah Tiang Pemun. Fungsi Tiang Pemun adalah sebagai penanda jumlah bilik yang akan dibangun. 






+++++++++++++hoammmm ngantuk lanjut kapan-kapan jak ya ++++++++++
 


















CARA MEMBUAT BADAN USAHA

PERUSAHAAN KONTRAKTOR

Buat Teman-teman yang masih bingung cara membuat badan usaha/ perusahaan kontraktor/ CV/Pt......maka saya yang masih tau-tau ndk mau berbagi isi dalam kepala.......( istilah tekniknya Nak Mandai-Mandai ) :
  1. Harus ada niat sungguh-sungguh
  2. Memiliki tempat usaha...yang akan dijadikan alamat usaha ( klo blm mampu beli sewa pun gpp )
  3. Memiliki KTP dan kartu identitas lengkap ...NPWP pribadi wajib mas bro
  4. Buat ijin Usaha: SITU, SIUP, TDP, Ijin Gangguan, IUJK.......ke Dinas Satu Pintu di daerahmu
  5. Setelah ijin lengkap .....
  6. Daftar ke kantor pajak untuk membuat NPWP Perusahaan
  7. Buat Rekening Perusahaan ( biasanya BPD) dan buat rekening Giro
  8. Buat SBU ke LPJKD.........( ingat pilih lah bidang yang ingin ditekuni....sekarang cuma bisa pilih 2 sub bidang )
  9. Selesai
  10. Jangan Lupa setiap bulan lapor pajak..
  11. Semoga bermanfaat......






++++++++++++++++++++++Alakadarnya++++++++++++++++++++++++++++++++

Sistem Pelelangan Online

LPSE 

Pada saat sekarang ini sistem pelelangan pengadaan barang/jasa sudah dilakukan dengan sistem ONLINE.....untuk mempermudahkan bagi para Pengguna Jasa baik CV/PT dalam melakukan penawaran. adapun langkah-langkah dalam mengikuti pelelangan sistem online adalah sebagai berikut :
  1. Perusahaan/ Badan Usaha anda harus terdaftar di LPJKD/PU
  2. Sudah melakukan verifikasi ke LPJKD/PU
  3. Kemudian anda akan dikirim pasword dan ID dari  operator
  4. Login di web. lpse at pu
  5. Pilih lokasi tempat pelelangan terjadi. cth. kalimantan barat
  6. silahkan daftar paket yang akan diikuti

7. silahkan download dokumen lelang
8. Baca syarat lelang......
9. silahkan upload penawaran anda
10. selesai....


cara upload baca posting selanjutnya
 






SECTION OF LONG HOUSE


IV.3.1 Bagian-bagian Rumah Panjang

Rumah Panjang Dayak Desa terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian dalam      ( kamar ) dan bagian luar ( teras ). Bagian luar disebut Ruai , dan bagian dalam disebut bilik. Ruai dan bilik dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian dan setiap bagiannya memiliki fungsi yang berbeda.
a)      Bagian Luar
Bagian ruai dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Padong , Ruai , dan  teluk .

1.      Padong

Pada bagian padong biasanya digunakan sebagai tempat untuk menenun bagi ibu-ibu dan juga sebagai tempat untuk bermain bagi anak-anak . Menenun merupakan pekerjaan sampingan bagi ibu-ibu yang berada di Desa Ensaid Panjang. Sambil menenun biasanya mereka menjaga anaknya.

Setelah pulang kerja atau pulang dari ladang, biasanya bapak-bapak beristirahat di padong. Karena pada padong dilengkapi dengan bangku yang terbuat dari kayu. Setiap bilik biasanya memiliki satu bangku kayu. Bangku tersebut dapat digunakan sebagai tempat duduk bagi tamu yang berkunjung ke Rumah Panjang.

Binatang-binatang peliharaan seperti anjing, kucing dan juga ayam juga biasanya berkeliaran di padong. Padong terletak paling luar dan berhubungan langsung dengan tangga naik ke Rumah Panjang.


 
Gbr.IV.9 Ruang Padong
Sumber : Hasil Survey : 2008
Padong berfungsi untuk menerima tamu yang tidak menginap. Sedangkan tamu yang menginap biasanya langsung masuk ke dalam bilik. Padong juga digunakan sebagai tempat melakukan upacara-upacara seperti upacara kematian, gawai ( pesta tutup tahun / pesta sehabis panen ).

Gbr. IV.10. Aktifitas di Ruang Padong
Sumber : Ekspedisi Arsitektur, UNPAR, 2006
                 Hasil Survey 2008

1.      Ruai
           
Antara ruang padong dengan ruai hampir sama, baik dilihat dari bentuknya maupun fungsinya. Padong dengan ruai hanya dipisahkan dengan barisan-barisan taing dan juga oleh balok memanjang yang lebih tinggi dari muka lantai. Oleh masyarakat yang tinggal di Rumah Panjang balok tersebut difungsikan sebagai tempat duduk.
Di ruai biasanya dipakai sebagai tempat untuk mengolah padi sebelum ditumbuk. Alat tersebut biasanya di sebut kisar , kisar berfungsi untuk mengupas kulit padi sebelum ditumbuk.

Bapak-bapak biasanya menggunakan ruai sebagai tempat membuat parang, dan peralatan kerja lainya seperti alat untuk menyadap karet, peralatan untuk mencari ikan dan lain-lain. Para remaja dan bapak-bapak biasanya memotong kayu bakar di ruai.


 
Selain fungsi-fungsi di atas, padong dan ruai juga berfungsi sebagai jalur sirkulasi di dalam Rumah Panjang. Lantai padong dan ruai biasanya terbuat dari kayu-kayu bulat seperti kayu jengger dengan ukuran 2-4 cm . Selain itu lantai Padong dan Ruai bisa terbuat dari kulit batang pinang atau batang bambu yang berukuran besar.
           
Lantai ruai , baik lantai atas maupun lantai bawah tidak dipaku. Kayu-kayu lantai diikat menjadi satu dengan gelegar dengan menggunakan rotan. Ikatan-ikatan tersebut membentuk pola-pola yang teratur sehingga menhasilkan suatu nilai seni yang khas.

Ruai juga berfungsi sebagai tempat melakukan upacara-upacara seperti gawai, upacara kematian, dan lain-lain. 


1.      Teluk

Teluk berfungsi  sebagai jalur sirkulasi yang menghubungkan antara ruai dengan bilik. Teluk dibuat lebih rendah dari ruai dan juga bilik. Pada bagian tersebut biasanya digunakan sebagai tempat untuk menumbuk padi.

Apabila di teluk ada yang menumbuk padi, maka sirkulasi dialihkan ke padong maupun ruai. Teluk  biasanya terbuat dari papan. Papan-papan tersebut tidak dipaku sehingga apabila kita berjalan di teluk akan menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Lebar teluk antara 90-100 cm. Perbedaan tinggi lantai teluk dengan lantai ruai dan bilik antara 40-50 cm. 


 
a)      Bagian dalam

Bagian dalam ( bilik ) dibagi menjadi 3 bagian , yaitu : bilik baruh,  serambik, dan peningkak.
 
1.      Bilik

Bilik baruh berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu yang menginap dan sebagai tempat tidur bagi tamu. Pada zaman dulu, di dalam bilik baruh terdapat dapur. Dapur terletak dekat dengan pintu masuk. Semua tamu yang datang akan langsung ditawari makan bersama-sama dengan penghuni bilik tersebut. Namun karena perkembangan pemikiran dari penghuni Rumah Panjang maka dapur dipindahkan ke bagian belakang bilik.


 
1.      Serambik

Serambik berfungsi sebagai tempat untuk tidur bagi penghuni Rumah Panjang. Pada zaman dulu antara bilik baruh dengan serambik atau yang biasa disebut serambi. Rumah Panjang zaman dulu hanya merupakan satu ruangan yang sangat besar. Serambik juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan  peralatan menenun apabila sudah tidak digunakan lagi.
1.      Peningkak

Peningkak berfungsi sebagai tempat untuk memasak sekaligus sebagai ruang makan dan juga sebagai tempat tidur bagi penghuni Rumah Panjang apabila banyak tamu. Pada zaman dulu dapur diletakkan di ruang tamu ( bilik baruh ) yaitu di samping pintu masuk. Setiap tamu yang datang akan diajak makan bersama. Bagi orang Dayak tamu adalah raja. Seringkali tamu terlalu dihormati, apalagi kalau tamu tersebut  datang dari jauh atau berasal dari kalangan berpendidikan. 

Peningkak biasanya disebut teluk karena lantainya dibuat lebih rendah. Perbedaan tinggi ruangan digunakan untuk membedakan ruang. Lantai pada teluk biasanya  terbuat dari kayu-kayu bulat berukuran kecil dengan diameter antara 1-5 cm. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu jengger, atau diganti dengan batang pinang, bambu, dll.


1.      Sadau

Rumah Panjang Dayak Desa memiliki loteng yang berfungsi sebagai gudang dan berfungsi sebagai plafon. Masyarakat Dayak Desa menyebutnya sadau. Sadau dibagi menjadi 3 yaitu sadau bilik dan sadau Ruai dan Sadau Punguk


 
Biasanya masyarakat memanfaatkan sadau sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen dan juga peralatan berladang yang jarana digunakan  sadau dibuat dari kayu bulat, baik lantai maupun balok-baloknya. Tinggi sadau bilik antara 3-4 meter, sedangkan sadau ruai lebih rendah yaitu antara 2,5-3 meter. Tangga untuk naik ke sadau langsung menempel di dinding atau kolom Rumah Panjang. Jarak antara sadau dengan atap antara 1-2 meter.


IV. 4. Bahan Bangunan dan Teknik Konstruksi

Rumah Panjang Dayak Desa di buat dengan konstrusi yang sederhana dengan cara menyusun tiang dan balok. Penyatuan semua bagian bangunan dilakukan dengan cara membentuk dan menyambung bagian kayu dengan beberapa alat khusus sederhana seperti kampak, gergaji, pahat, golok ( parang ). Penyusunan tiang dan balok pada umumnya tidak menggunakan paku, tapi menggunakan sambungan lubang dengan pasak atau diikat menggunakan tali rotan.

 
Sambungan pada konstruksi yang tidak menopang beban bangunan menggunakan tali rotan. Tali rotan tersebut berfungsi untuk menjaga agar balok tersebut tidak bergeser atau jatuh.

Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang biasanya terdapat di alam diantaranya adalah kayu, kulit kayu, batang pinang, ataupun bambu yang di belah. Setiap.

 
a)      Tiang / pondasi

Tiang Rumah Panjang biasanya terbuat dari kayu yang cukup kuat seperti kayu kelas 1, diantaranya kayu belian ( ulin ), kayu meranti. Tinggi tiang biasanya antara 2-5 meter. Antara tiang yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan gelegar. Gelegar-gelegar tersebut berupa kayu bulat dengan diameter 10-15 cm. Sambungan antara gelegar dengan tiang di ikat dengan tali rotan atau dengan pasak. Jarak  tiang yang satu dengan tiang yang lainnya antara 1,5-2 meter.


 
a)      Tangga

Pada zaman dulu Rumah Panjang hanya memiliki 2 buah tangga yang terbuat dari kayu bulat yang dibuat bergerigi yang berfungsi sebagai anak tangga. Pada saat sekarang ini Rumah Panjang memiliki lebih dari 2 buah tangga. Hal tersebut dibuat untuk memperpendek jarak sirkulasi. Namun ada dua tangga utama yang terletak di kedua ujung Rumah Panjang. Kedua tangga tersebut memiliki bentuk yang berbeda.

Tangga di ujung sebelah kanan Rumah Panjang dibuat berjenis kelamin laki-laki. Apabila ada tamu penting maka di harus naik dari tangga tersebut. Sedangkan tangga di sebelah kiri Rumah Panjang  ( pada bagian tampak samping kanan ) dibuat berjenis kelamin perempuan. Pada setiap tangga naik ke Rumah Panjang terdapat tempat untuk berpegangan yang dibuat dari kayu bulat sebesar pergelangan tangan ( diameter 3-5 m ) dan dibuat di kedua sisi tangga.

 
Masyarakat Dayak Desa percaya bahwa tangga tersebut memiliki roh. Biasanya untuk melakukan penghormatan pada tangga dilakukan upacara yaitu dengan menyembelih ayam dan darahnya dioleskan pada tangga tersebut. Tangga dipercaya dapat menolak malapetaka ( sebagai tolak bala ) .

Setiap rombongan yang datang ke Rumah Panjang harus naik dari salah satu tangga yaitu tangga yang berjenis kelamin laki-laki. Apabila dalam suatu rombongan yang naik dari arah yang berlawanan maka rombongan tersebut telah melakukan pelanggaran yang disebut sabung api dan pelanggaran tersebut harus dikenai sanksi. Jika tidak, maka penghuni Rumah Panjang akan mendapat musibah. Bagi yang naik ke Rumah Panjang , baik penghuni maupun tamu, tidak boleh membawa barang-barang seperti pucuk rebung yang belum dibersihkan, bibit pisang dan bibit nenas. Apabila hal tersebut dilanggar, maka yang bersangkutan harus dikenakan sanksi.


a)      Lantai

Lantai ruai dan dapur biasanya terbuat dari kayu bulat berdiameter antara 2-4 cm. Lantai bilik dan teluk terbuat dari papan. Papan-papan tersebut tidak diikat. Jarak antar gelegar antara 30-50 cm. Untuk lantai yang terbuat dari kayu bulat diikat dengan tali rotan.
d ) Dinding

·         Dinding Ruai

Dinding ruai terbuat dari kayu bulat, ukuranya sama dengan kayu untuk lantai. Dinding ruai dibuat miring dan digunakan sebagai tempat bersandar , aebagai tempat untuk menggantung segala jenis peralatan seperti peralatan untuk mencari ikan ( bubu, tombak dll ) maupun peralatan kerja lainnya. Antara kayu yang satu dengan lainnya diikat dengan rotan dan diapit dengan kayu.


 
·         Dinding Bilik

Dinding bilik terbuat dari kulit-kulit kayu. Kulit kayu tersebut diapit dengan kayu dan diikat dengan tali rotan. Apabila kulit kayu tersebut sudah kering maka serat-serat kulit kayu tersebut memiliki rongga-rongga yang dapat menjadi jalur keluar masuk udara.































 
·         Kuda-kuda

Kuda-kuda terbuat dari kayu bulat berdiameter 5-7 cm. Kayu-kayu tersebut merupakan kayu kelas 2 dan kayu kelas 3. Namun kayu tersebut dapat bertahan lama karena suhu kayu tersebut selalu panas karena ruangan bawahnya selalu digunakan untuk memasak. 



















 
·         Atap

Pada zaman dulu ketika orang Dayak belum pandai mengolah kayu, atapnya dibuat dari daun-daunan antara lain daun sagu. Pada saat sekarang atap terbuat dari lembaran-lembaran kayu. 


 
Gbr.IV.33 Detil Bukaan
Sumber : Ekspedisi Arjau,UNPAR,2006
                Hasil Survey 2008

 
·         Bangunan pendukung





IV.5 Upacara Pendirian Bangunan

Rumah Panjang merupakan sebuah hunian yang memiliki arti lebih dari sekedar bentuknya. Bagi masyarakat Dayak Desa, Rumah Panjang  tidak saja sekadar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi titik sentra dinamika kehidupan warganya.

Membangun Rumah Panjang tidak begitu saja, tetapi dibangun melalui rentetan upacara adat dan dengan memperhatikan berbagai pantangan yang harus dijalani oleh para pekerja, mulai dari mempersiapkan bahan perumahan sampai pada selesainya bangunan Rumah Panjang dan diresmikan pemakaiannya.


IV.5.1 Pemilihan Lahan

Menurut tradisi Dayak Desa yang ada di Ensaid Panjang , dalam membangun Panjang baru tidak sama dengan mendirikan Rumah tinggal biasa. Dalam memilih lahan misalnya, jika kita ingin mendirikan Rumah Panjang yang pertama harus dilakukan adalah memilih lahan yang akan dibangun. Namun dalam memilih lahan tidaklah sembarang karena kondisi lahan akan mempengaruhi kesejahteraan penghuni Rumah Panjang nantinya.

Sebelum menentukan lahan  maka harus didahului dengan upacara-upacara dan disertai dengan pantang dan puasa. Para tetua-tetua masyarakat berkumpul untuk melakukan musyawarah.

Lahan yang biasanya dipilih untuk lokasi Rumah Panjang adalah sebagai berikut :

1.      Terletak di tepi sungai.
2.      Lahan tidak terletak di antara 2 buah muara sungai
3.      Lahan di sekitar tempat tersebut harus subur
4.      Bukan merupakan bekas kuburan

Masyarakat Dayak Desa mempunyai kepercayaan terhadap penguasa alam semesta. Misalnya penguasa alam air mereka sebut Raja Juata, penguasa alam daratan mereka sebut Puyang Gana. Oleh sebab itu , setiap kali ingin melakukan suatu kegiatan selalu dimulai dengan upacara.

Begitu juga dalam memilih lahan, harus dilakukan upacara terlebih dulu. Dalam kepercayaan masyarakat Dayak Desa mereka percaya bahwa para penguasa alam semesta  ( Tuhan ) memberikan petunjuk-petunjuk-Nya melalui hewan-hewan tertentu misalnya burung[1] , kijang dan lain-lain. Hewan-hewan tersebut dijadikan perantara Tuhan atau penguasa alam semesta untuk memberi tanda kepada manusia.


IV.5.2 Persiapan Pambangunan

Apabila segala pantang , puasa dan upacara-upacara sudah dilakukan dan tidak ada petunjuk-petunjuk dari penguasa dan alam bahwa jika daerah itu dibangun akan timbul malapetaka, maka pembangunan bisa dilanjutkan.

Dalam mendirikan Rumah Panjang persiapan yang harus dilakukan hampir sama dengan persiapan jika kita ingin membangun rumah tinggal biasa. Yang pertama harus dilakukan adalah menyiapkan bahan bangunan yang disebut dengan meramu. Dalam mencari bahan bangunan masing-masing oleh setiap kepala keluarga. Setelah bahan bangunan ( ramu ) sudah disiapkan semua barulah pembangunan Rumah Panjang dapat dilakukan.



IV.5.3 Pembangunan Rumah Panjang

Setelah dilakukan musyawarah dan dipilih hari yang paling baik maka pembangunan Rumah Panjang segera dilakukan. Setiap keluarga ( satu bilik ) mempersiapkan satu tiang untuk penancapan tiang pertama. Tiang tersebut dinamaka tiang mun . Tiang tersebut harus terbuat dari kayu yang masih hidup .

Setelah semua bahan tersedia  kemudian dilakukan upacara pemilihan siapa yang akan menjadi pon, nekop, dan nga-pit. Pon ( pohon ), nekop ( menutup ) , dan nga-pit           ( mengapit ).

”sebelum menancapkan tiang pertama para tetua membawa orang banyak berkumpul untuk bermusyawarah memilih tiga calon. Ketiga calon tersebut adalah nge-pon, nga-pit dan nekop. Dalam bahasa Dayak Desa, pon berarti pohon. Sebagai pohon dia merupakan tiang utama bagi warga Panjang. Sedangkan nga-pit dan nekop berarti mengapit dan menelungkup. Nantinya berpengaruh terhadap penempatan bilik  ( lawang ) dan juga arah bukaan pintunya.” [2]

Pon Rumah memiliki wewenang berkaitan segala urusan yang ada di Rumah Panjang, seperti pelanggaran pantang saat naik ke Rumah Panjang, kepindahan orang dari Rumah Panjang dan sebagainya yang berkaitan dengan Rumah Panjang.

Proses pemilihan pon, nga-pit, dan nekop biasanya dilakukan dengan cara tenung                      ( mengundi ) menggunakan sebutir telur ayam. Pada telur tersebut diberi tiga warna yaitu putih, kuning dan hitam. Kemudian telur tersebut dipanaskan di atas pelita. Setelah panas maka isi telur tersebut akan keluar. Apabila tetesan air telur tersebut mengenai warna putih maka dia diangkat menjadi pon, dan kuning dan hitam menjadi pendamping yaitu   nga-pit dan nekop. Setelah pon, ngapit, dan nekop terpilih maka dilakukan penancapan tiang pertama yang diawali dengan upacara. Upacara tersebut dimaksudkan untuk membeli tanah dengan penguasa alam bumi ( Puyang Gana ). Dalam upacara tersebut digunakan benda-benda seperti keong untuk melambangkan tempayan, logam, beras kuning ( beras yang diberi kunyit ) untuk melambangkan emas, irisan kunyit dan lain-lain.[3]

Jika upacara sudah dilakukan maka dilanjutkan dengan penancapan tiang mun. Tiang mun berfungsi untuk mengetahui jumlah bilik yang akn dibangun dan penanda batas atara bilik yang satu dengan bilik yang lainnya.tiang tersebut berasal dari tumbuhan yang masih hidup diikat dengan kain kuning di atasnya dan ditancapkan bulu landak. Setiap bilik yang akan dibangun memiliki satu tiang mun.

Setelah penancapan Tiang mun / pemun milik pun rumah maka dilanjutkan dengan penancapan tiang pemun milik ngapit. Penancapan tiang pemun ngapit dilakukan pada hari pertama dan penancapan tiang pemun milik nekop dilakukan pada hari kedua.

Dalam mendirikan Rumah Panjang dilakukan dengan cara gotong-royong dalam bahasa Dayak Desa dikenal dengan istilah beduruk . dalam gotong-royong tersebut biasanya mengundang masyarakat dari Desa tetangga dan disertai dengan pesta-pesta. Dalam membagun Rumah Panjang didahului dengan membangun bilik milik mun. Setelah bilik milik mun sudah selesai barulah membangun bilik-bilik disebelahnya.

Bahan-bahan yang digunakan biasanya adalah bahan-bahan yang mudah didapatkan dan terletak disekitar  pemukiman penduduk. Bahan-bahan yang digunakan seperti kayu, kulit kayu, pinang, bambu dan rotan. Menurut kepercayaan Dayak Desa kayu yang sudah disambar petir sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan karena makhluk halus yang tinggal di kayu tersebut sudah mati disambar petir.

IV.5.4 Pindah ke Rumah Panjang

Setelah pembangunan Rumah Panjang selesai maka Rumah Panjang tersebut harus langsung ditempati. Setelah semua bilik selesai dibangun maka dilakukan pesta untuk merayakan kepindahan ke Rumah Panjang dan sebagai bentuk ucapan syukur kepada penguasa.

Masyarakat Dayak Desa membuat Rumah Panjang baru apabila di Rumah Panjang yang lama masyarakatnya sering mendapat musibah seperti kematian-kematian yang tidak wajar, atau apabila ada dari anggota masyarakat  yang mendapat petunjuk bahwa anggota Rumah Panjang harus pindah.

Yang berhak memutuskan harus pindah atau tidak adalah pon dan bersama-sama dengan seluruh tetua-tetua yang ada di Rumah Panjang tersebut.


IV.5.5 Ukuran-Ukuran
           
Bagian-bagian Rumah Panjang yang memiliki ukuran khusus:

1.      Bilik

Ukuran-ukuran yang digunakan dalam pembuatan Rumah Panjang adalah ukuran-ukuran yang berdasarkan ukuran tubuh manusia. Untuk ukuran panjang digunakan ukuran-ukuran seperti :
  1. Depa genggam
  2. Seta
  3. Jengkal

Depa genggam adalah ukuran dengan menggunakan kedua tangan yang direntangkan dan posisi telapak tangan dalam posisi digenggamkan. Jika posisi telapak tangan dibuka maka disebut depa lepas. Apabila dalam mengukur sesuatu dengan menggunakan depa lepas, maka rezeki nantinya akan selalu lepas. Artinya rezeki yang seharusnya kita miliki bisa-bisa didapat oleh orang lain. Setiap bagian dari Rumah Panjang diukur dengan menggunakan depa genggam. hal ini dimaksudkan agar para penghuni Rumah Panjang selalu mendapatkan rezeki.
            Dalam menentukan lebar bilik disesuaikan dengan kemampuan dari penghuni bilik dan ukurannya menggunakan ukuran tubuh dari kepala keluarga penghuni bilik tersebut. Ukuran tubuh manusia yang relatif berbeda menghasilkan suatu ukuran yang berbeda pula.
Beberapa ukuran bilik yang ada di Rumah Panjang :
·         Dua depa seseta[4]
·         Dua depa setengah
·         Tiga depa
Untuk ukuran benda yang lebih kecil biasanya digunakan satuan seta atau jengkal. Setiap ukuran atau jumlah benda yang ada di Rumah Panjang harus selalu ganjil. Untuk hitungan jumlah benda yang ada di Rumah Panjang memiliki hitungan-hitungan khusus yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat Dayak Desa.

2. Tangga

Setiap jumlah benda memiliki penamaan sendiri misalnya untuk hitungan anak tangga digunakan hitungan yang selalu berulang antara tangga dan tunggu. Anak tangga yang paling bawah dinamakan tangga. Anak tangga yang kedua dinamakan tunggu. Anak tangga yang ketiga dinamakan tangga. Hitungan tersebut selalu berulang sampai anak tangga terakhir atau anak tangga yang paling atas. Anak tangga yang paling atas harus merupakan anak tangga dengan sebutan tangga.
Jika anak tangga yang paling atas adalah anak tangga tunggu, maka orang                  ( keluarga, tamu ) yang berencana  datang ke Rumah Panjang tersebut akan selalu menunda rencananya untuk datang ke Rumah Panjang tersebut.
Jumlah anak tangga juga dipercaya akan mempengaruhi perilaku penghuni Rumah Panjang. Jumlah anak tangga yang ganjil akan membuat penghuni Rumah Panjang menjadi rajin bekerja. Jumlah anak tangga yang genap akan membuat para penghuni menjadi malas bekerja. Mereka selalu menunda-nunda rencananya untuk bekerja.

4.      Galang

Untuk jumlah balok galang ( balok bawah lantai ) untuk tiap-tiap bilik harus selalu ganjil. Hitungannya adalah untuk balok ganjil dinamaka galang[5] dan balok genap disebut galik[6]. Hitungannya dimulai dari galang, kemudian balok kedua dinamakan galik dan begitu seterusnya sampai balok terakhir. Balok terakhir harus merupakan balok dengan penyebutan galang. Hal ini berpengaruh terhadap kekuatan balok tersebut dalam menopang beban lantai. Jika balok terakhir galang maka konstuksi akan kuat menopang beban yang berat, tetapi jika htungan terakhir galik maka konstruksi tidak akan kuat menahan beban. Hal ini akan menyebabkan lantai yang runtuh.

5.      Kasau
Untuk hitungan balok kasau memiliki perbedaan sendiri. Dalam menghitung jumlah balok kasau menggunakan 4 sebutan balok yaitu :
1.      Kasau
2.      Jengkau
3.      Bara
4.      Api
  
Balok pertama dinamakan kasau, balok kedua dinamakan jengkau, balok ketiga dinamakan bara, balok keempat dinamakan api, balok kelima mengulang lagi dari hitungan pertama. Jika balok terakhir merupakan balok api, maka Rumah Panjang tersebut pasti akan terbakar. Jumlah balok yang paling baik adalah jika balok terakhir kembali ke hitungan awal lagi yaitu balok kasau.


IV.6 Aktivitas Penghuni

Aktivitas penghuni di Rumah Panjang dapat dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelaminnya.
  1. Laki-laki dewasa
·         Bujangan
·         Sudah berkeluarga
  1. Wanita Dewasa
·         Memiliki anak kecil ( anak dibawah lima tahun ( Balita ).
·         Tidak memiliki anak kecil
  1. Anak-anak
·         Balita ( masih diasuh oleh ibunya )
·         Anak-anak usia 6 – 12 tahun (  usia Sekolah Dasar )
  1. Remaja  ( usia 13 – 15 tahun ).
  2. Lanjut Usia
·         Laki –laki
·         Perempuan


1. Laki-laki ( dewasa ).

Laki-laki dewasa baik sudah punya istri maupun masih bujangan memiliki pola aktivitas yang hampir sama. Perbedaan yang mencolok adalah tempat tidur pada malam hari. Laki-laki yang masih bujangan tidur di ruang tamu ( Bilik Baruh), sedangkan laki-laki yang sudah menikah tidur di ruang Serambik.

2. Wanita ( dewasa ).
Ibu-ibu yang memiliki anak kecil tidak pergi menyadap karet. Apabila pergi ke ladang, maka anaknya dibawanya ke ladang. Aktivitasnya mengikuti aktivitas anaknya. Sambil menjaga anaknya biasanya mereka melakukan aktivitas seperti menenun, menumbuk padi, menganyam tikar dll.Apabila anaknya sudah agak besar maka anaknya akan dititipkan ke kakek atau neneknya ( apabila ada ).

Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Atas ( SMA ) dan perguruan tinggi harus pergi ke kota kabupaten. Jaraknya desa Ensaid Panjang ke Kabupaten Sintang  + 50 km. Sedangkan jarak dari kota provinsi sebesar :    487 kam.

6. Lanjut Usia

Penghuni yang sudah lanjut usia biasanya bertugas untuk menjaga cucu-cucunya. Aktivitasnya mengikuti aktivitas cucunya ( anak-anak usia 4-7 tahun ). Sambil menjaga cucu-cucunya mereka biasanya melakukan aktivitas lain seperti menenun ( wanita ), menganyam tikar. Penghuni lanjut usia yang laki-laki sambil menjaga cucu biasanya juga melakukan aktivitas seperti menempa parang, menganyam peralatan pertanian dll.



[1] Sebagai komunikasi antara Sang Pencipta  dan anak manusia ditunjuklah beberapa jenis burung sebagai makhluk yang menyampaikan rumus kehidupan dan pedoman pekerjaan kepada anak manusia, burung-burung tersebut adalah : ( 1 ) Burung Tua yaitu Burung Bejambung ( 2 )Burung Tua Kedua yaitu Burung Ketupung ( 3 ) Burung Tengah yaitu Burung Papau ( 4 ) Burung Muda yaitu Burung Beragah ( 5 ) Burung Perantau yaitu Burung Remuas ( 6 ) Burung Gembira yaitu Burung Gurak ( 7 ) Burung Senang Pembawa Rezeki yaitu Burung Pangkas

[2] Seperti yang diungkapkan oleh R. Sembay dari Kepala Dusun Desa Ensaid Panjang mengenai prinsip-prinsip dalam mendirikan Rumah panjang :
[3] Seperti yang diceritakan oleh Pak H. Bintang Ketua Adat Desa Ensaid  Panjang
[4]Lebar bilik milik Pak Sembay Kepala Dusun desa Ensaid Panjang.
[5] Galang digunakan untuk menyebut sesuatu yang memikul beban berat atau digalang artinya diganjal.
[6] Galik sama artinya dengan kata baring dalam bahasa Indonesia.


 
POLA AKTIFITAS PENGHUNI RUMAH PANJANG